Ditelan malamlah lusa saat hangat paginya datang
Menjumpa kelamlah semua senang susah dari yang beredar
Jika pasti adalah duduk menghadap mentari, maka ditelan malamlah lusa juang yang kekar
Sembunyilah yang jingganya malu-malu
Terlipatlah semua lelah
Terhadapilah esok lusa yang belum tentu ada
Dari dalam sini, hati, semedi sebentar, lalu berdiri
Ditelan malam sekelam-kelamnyalah yang berharap tapi tak punya sayap.
Surabayaku, 19 Mei 2011
Ibu bumiku bermadu. Wahai lusa, akulah kesiapan dalam tiap adu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar