Entri Populer

Minggu, 30 Januari 2011

eheh..

Keep Breathing


Maaaan…!
You are nothing but the poems,
Sorry for borrowing your heartbeat..
Keep breathing! ;)

Layaknya Manusia Lainnya


Jalanan tampak julang jalang
Tak ada kejujuran dalam kekinian
Seperti tak adanya adil dalam kekuasaan
Sehambar tawa lelaki muda
Pikun makna
Tak seperti yang tua-tua
Aku durhaka pada waktu yang terhampar percuma
Menunggu angka-angka terlupa
Dari lajunya hari-hari setelahnya
Berhutang pada jiwa
Layaknya manusia lainnya.

Agung Tanpa Hitung


Ia duduk di depanku
Tangan kanannya menggenggam bunga biru
Napasnya hangat memburu
Sebuah rindu
Mulutnya bersiul beberapa lagu
Sesekali mata kami beradu
Tapi senyumnya tidak padaku
Bahkan waktu jalanan mulai menanjak, sang supir menyetir deru
Ia berpegang rapat pada tempat duduknya, raganya berbahasa kaku
Lalu saat kendaraan kami melewati sesaknya perkampungan kumuh
Ia turun buru-buru
Menelusuri jalanan milik para penjajah tubuh
Menarik napas dalam sebelum menemui perempuan berwajah syahdu
Di depan sebuah pub karaoke murah yang memutar musik bising tak menentu
Ia mencium kening perempuan itu
Memeluk rapat, menukar degup yang menyatu
Di depan puluhan penjajah tubuh
Kusaksikan cinta yang tak lagi bersyarat, utuh
Dunia berhenti berputar sementara waktu
Kurasakan cinta sebebas udara yang membuncah tanpa sembilu
Cinta yang agung tanpa hitung, menurutku.

Kamis, 27 Januari 2011

Bocah-Bocah Neraka

Anak-anak kecil itu sudah besar. Sudah dewasa. Tahu benar bagaimana membunuh kemunafikan. Dengan caranya sendiri-sendiri.
Memeluk lutut. Kedinginan. Sesekali membenturkan kepala ke dinding. Tapi tidak menyesali. Bagi mereka, tidak ada untung rugi. 
Satu sel terdiri dari seratus dua puluh anak. Berumur dari dua belas tahun sampai kurang dari dua puluh tahun. Dan coba tanyalah alasan mereka tinggal disana..jawabannya pasti akan sederhana. Membunuh nyawa, karena lapar atau tidak sengaja. 
Ceritanya, itu rutan hanya untuk orang dewasa mustinya, tapi entahlah..mengapa bocah juga ada disana..bersel di depan ruang penjara tahanan narkoba. Persis di depan pemabuk itu, ada harapan masa depan bocah-bocah.
Tidak apa-apa jika mabuk dibutuhkan orang dewasa, tapi tidak untuk mereka sang bocah. Karena, seharusnya..selayaknya dunia mereka sudah memabukkan. Penuh dengan kesenangan. Penuh dengan observasi indahnya dunia.
Tapi tahi dunia terbukti tercecer dimana-mana..dan tanpa sengaja, mereka memakannya. Memakan hingga kenyang. Seperti coklat yang lezat, dinikmati tanpa membayar.
Hilang sudah mimpi-mimpi tuan..kepingin jadi dokter juga pasti mereka..walaupun bapak di ujung ruangan menganjurkan mereka untuk menjadi pengacara saja. Biar sekalian mengaburkan. Mengaburkan harapan. Membunuh pertahanan yang tak punya bekingan.
Aku pada mereka. Rinduku tak terhingga. Pada yang pahitnya tak sampai ke kuping-kuping penguasa. Pada yang menikmati hari-hari tanpa menuntut sia-sia. Bagi bocah-bocah. Yang letaknya di neraka dunia.




Ps: in depth reporting di medaeng selama 2 bulan, membuat saya kehilangan nafsu makan.

Senin, 24 Januari 2011

ambivalence heartbeat



Stories have been told
The signal is fired
Long long longer
Down down down
All the tears that is true
Misshapen with age
Becomes, once more, revive
Once more, seek the outer of reality
I think you say: "kill me"
Then I kill you, your darker half dream
Immediately, surely
Then back damn damn
Back to my belief
of my orderliness
And the earth is become normal,
cycling.


Surabaya, June 21 '10
23:22 pm

Firma



"Ihren Kot essen! Ich lasse los!! Hund!"
Sosok gadis kecil menabrak pagar setelah berteriak kencang di tengah hujan. Jarinya memegang robekan-robekan tissue yang tersembur tetesan darah di serat tipisnya.
Tidak ada yang mendekatinya kecuali seekor anjing kecil yang berekor separuh. Menjilat luka di lututnya. Lalu menggigit-gigit kecil kuku kaki gadis kecil yang patah separuh pula. Mencabut kulit ujung jempol yang terkelupas. 
"Scheisse!!"
Gadis kecil menempeleng anjing kecil yang mendongak dan mengaing. Memegang pagar, menendang sang anjing tiga kali, lalu berlari terseok sambil mencengkeram rok. 
Hujan semakin deras hingga menghilangkan batas pandang. Menetes panjang di waktu buas yang berdentang. Sang gadis semakin kencang berlari mencari atap. Dimana disana ia bisa meratap.
Tiga puluh langkah, tiga enam, tiga sembilan, kaki gadis kecil masuk ke dalam selokan. "Gott!!!!!" gadis kecil menjerit mendongak langit. Dijawab dengan jatuhnya burung kecil yang baru belajar terbang. Paruh kecilnya mematuk jidat sang gadis kecil. Sang gadis menangis kencang, sang burung terkapar menjemput ajal.
Gadis kecil menangis kencang. Teringat ibu di rumah yang pandai memintal dan meminang. Teringat sup jagung yang disajikan kakak perempuannya hangat-hangat. Teringat selimut milik neneknya yang sudah lama ingin ia buang. Teringat jalanan basah dan licin. Teringat cerita lintah yang konon dapat menghirup darah manusia hingga berkurang berliter-liter, dimana lintah itu sedang berada di atas luka lututnya. Teringat sekolah dimana kawan-kawannya berwajah lucu dan permainan petak umpet yang selalu ada pemain curang. Teringat marga "Firma" yang melekat di tiga generasi keluarganya. 
Ia kembali menangis kencang sambil tertawa. Berharap air hujan masuk banyak-banyak ke mulutnya karena ia mulai haus dan lapar. Teringat alasan pertama kali ia mencuri. Teringat wajah pencuri yang pertama kali mengajari. Teringat bahwa esok hari ulang tahunnya. Teringat tentang cerita nenek tentang gadis berkerudung merah. 
Ia teringat kakinya. Yang masuk ke dalam selokan dan belum diangkatnya. Teringat jalanan di depan yang harus diambil haluannya. Belok kanan satu kali. Belok kiri dua kali. Lurus. Berhenti di jarak dua rumah setelah kedai kopi. Berhenti di rumahnya.

Alice in Sarajevo

Lead me to the fairyland
Where happiness will be the last
Plants blossom safely into serene womanhood
When morning means joy
And our bodies will still virgin
Under the blue sky - peaceful leaning
I promise to be the quiet prayer – silence wishing
I promise to be the damned comely Alice – with all my foolish heart
I promise to be the quiet dancer – dream all that can be
I promise to stay in Sarajevo
Stay in the crowd – without screaming any curse
I promise to stay in Sarajevo
And stay hunger of pain
I promise to stay in pain
To make your canvas undoubtedly perfect

Surabaya, Oct’ 12 2010
dedicated to insap sumantri

Ibu


Padamu Ibu, ambillah jantungku.

Perempuan, Surga, dan Bumi


Demi nama surga yang hawa sejuknya terkadang sampai ke bumi. Jangan ada lagi perempuan yang terluka. Karena jika kau tahu bahwa di kakinyalah percikan embun surga, niscaya kau akan menjaganya. Membatalkan niat untuk melukai surga.

Beribu Biru Biru


Mari hentak beramai
Berjingga-jingga hingga lelah terlupa jenak
Di depan fakir-fakir otak, goblok goblok goblok
Mari beribu biru-biru
Bersandar di pundak satu sama lain
Mengelus dada masing-masing
Memerah marah-marah jengah
Pada mereka yang tak pernah sedikit pun bertanya

Nisbi Adalah Lelaki


Nisbi adalah sebuah senja muda dikali dua puluh dua dini
Waktu semedi bagi yang tak patuh hati
Nisbi adalah air seni yang urung mengucur berhenti
Nadi yang kebosanan berdetak hari demi hari
Nisbi adalah sebuah janji tak terpenuhi
Serta alpanya kelamin lelaki

Surabaya, 24 Januari 2011

Jumat, 21 Januari 2011

{ten-cent coin}

As nothing could silence the crowd

He pauses once more

Pointed to the right
Enter the outside world
Devoted to the truth ----- 
While she waits impatiently for the promise final word
Sublimely happy –----
The damned time becomes apathy, no longer trance  
Not tasteful, nonsense
Leaves are not in tremor no more
And all become ‘a dime a dozen',
A normal.

Rabu, 19 Januari 2011

Ulat Kecil di Api Tungku

Bercanda seekor ulat di lebar daunnya 

Terpental-pental sambil tertawa

Sesekali menggigiti pinggirnya
Tersenyum menatap kawan di daun seberang

Bercanda seekor ulat di lebar daunnya
Menutup mata karena silau semesta
Matahari seperti tak jauh jaraknya
Sesekali ia mendongak menantang sinarnya

Ulat kecil terlentang mengaga
Kenyang dan tak bisa lagi bergoyang
Ditiup angin dari kiri ke kanan
Bulu-bulunya terbawa terbang

Ulat kecil terlentang mengaga
Menatap raksasa yang mendekatinya
Raksasa dengan sarung tangan setebal kulit binatang
Ulat kecil gelisah
Tak lama terangkat badannya
Dihempas ke kaleng berkarat
Ditutup napas sampai sekarat
Dikenalkan pada api tungku
dan seketika batal menjadi kupu-kupu lucu

You tell me

God,
I don't know nothing about life,
You tell me.
Tango
Pls.

Kamis, 13 Januari 2011

You, Me, and God's Comedy Situation

Suatu ketika saat dunia ada tanpa kamu, aku bersumpah akan berhenti menangis dan bersedih. Aku akan berhenti mengeluh dan memacari lelaki. Bahkan di sore hari waktu menjelang maghrib, aku bersumpah akan mengirim do'a pada siapa saja yang sedang bergulat dengan dirinya. Mengumpulkan daun-daun kecil di latar rumah dan tersenyum pada siapapun yang bernama Edi. Kau yang terkuat di jagat, muncul seperti tak takut adzab. Kau yang hanya lemah saat terbalik. Kau disukai Kafka sampai ditulisnya di the metamorphosis kau lah berita pada malam-malam-ku. Kau menyimpan jerit lengkingku. Dengan oktaf yang tertinggi. Yang sampai telinga tetangga tersakiti.
Jika saja kau tak lagi ada, mungkin aku tak takut lagi membentak dunia. Tak lagi memberi senyum pada manusia tak berguna. Langkahku akan lebih tegap. Tidak lagi takut membentak dunia.
Kau yang dikata hebat dalam hadapi dunia malam, membuatku menjauh dari tempat seharusnya aku berada. Kau seakan tertawa saat ponselku lowbatt dan aku tidak tertolong. Maka seharusnya kau tahu, akulah yang tertawa saat tubuhmu terbalik tak berdaya. Aku ingin kau mati. Itu saja.
Untuk itu, saat ini juga. Kupertanyakan pada Tuhan yang Maha Berselera, untuk apa kau ada? 
Dan jika hadirmu ternyata melengkapi indahnya galaksi bumi dan sekawannya. Aku tak apa. Asal jangan mendekat. Hanya saja jangan mendekat dan coba meloncat. Atau aku teriak? Atau kupanggilkan polisi?! Aku tahu kau pun butuh bersinggah, asal jangan menambah jengah. Karena kita hanya penumpang. Di kendaraan angkasa yang berputar kencang. Kau dan aku hanya lelucon semesta yang kebetulan saja ada.

FckYo

kinky monster