Entri Populer

Minggu, 30 Januari 2011

Agung Tanpa Hitung


Ia duduk di depanku
Tangan kanannya menggenggam bunga biru
Napasnya hangat memburu
Sebuah rindu
Mulutnya bersiul beberapa lagu
Sesekali mata kami beradu
Tapi senyumnya tidak padaku
Bahkan waktu jalanan mulai menanjak, sang supir menyetir deru
Ia berpegang rapat pada tempat duduknya, raganya berbahasa kaku
Lalu saat kendaraan kami melewati sesaknya perkampungan kumuh
Ia turun buru-buru
Menelusuri jalanan milik para penjajah tubuh
Menarik napas dalam sebelum menemui perempuan berwajah syahdu
Di depan sebuah pub karaoke murah yang memutar musik bising tak menentu
Ia mencium kening perempuan itu
Memeluk rapat, menukar degup yang menyatu
Di depan puluhan penjajah tubuh
Kusaksikan cinta yang tak lagi bersyarat, utuh
Dunia berhenti berputar sementara waktu
Kurasakan cinta sebebas udara yang membuncah tanpa sembilu
Cinta yang agung tanpa hitung, menurutku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar