Entri Populer

Senin, 24 Januari 2011

Firma



"Ihren Kot essen! Ich lasse los!! Hund!"
Sosok gadis kecil menabrak pagar setelah berteriak kencang di tengah hujan. Jarinya memegang robekan-robekan tissue yang tersembur tetesan darah di serat tipisnya.
Tidak ada yang mendekatinya kecuali seekor anjing kecil yang berekor separuh. Menjilat luka di lututnya. Lalu menggigit-gigit kecil kuku kaki gadis kecil yang patah separuh pula. Mencabut kulit ujung jempol yang terkelupas. 
"Scheisse!!"
Gadis kecil menempeleng anjing kecil yang mendongak dan mengaing. Memegang pagar, menendang sang anjing tiga kali, lalu berlari terseok sambil mencengkeram rok. 
Hujan semakin deras hingga menghilangkan batas pandang. Menetes panjang di waktu buas yang berdentang. Sang gadis semakin kencang berlari mencari atap. Dimana disana ia bisa meratap.
Tiga puluh langkah, tiga enam, tiga sembilan, kaki gadis kecil masuk ke dalam selokan. "Gott!!!!!" gadis kecil menjerit mendongak langit. Dijawab dengan jatuhnya burung kecil yang baru belajar terbang. Paruh kecilnya mematuk jidat sang gadis kecil. Sang gadis menangis kencang, sang burung terkapar menjemput ajal.
Gadis kecil menangis kencang. Teringat ibu di rumah yang pandai memintal dan meminang. Teringat sup jagung yang disajikan kakak perempuannya hangat-hangat. Teringat selimut milik neneknya yang sudah lama ingin ia buang. Teringat jalanan basah dan licin. Teringat cerita lintah yang konon dapat menghirup darah manusia hingga berkurang berliter-liter, dimana lintah itu sedang berada di atas luka lututnya. Teringat sekolah dimana kawan-kawannya berwajah lucu dan permainan petak umpet yang selalu ada pemain curang. Teringat marga "Firma" yang melekat di tiga generasi keluarganya. 
Ia kembali menangis kencang sambil tertawa. Berharap air hujan masuk banyak-banyak ke mulutnya karena ia mulai haus dan lapar. Teringat alasan pertama kali ia mencuri. Teringat wajah pencuri yang pertama kali mengajari. Teringat bahwa esok hari ulang tahunnya. Teringat tentang cerita nenek tentang gadis berkerudung merah. 
Ia teringat kakinya. Yang masuk ke dalam selokan dan belum diangkatnya. Teringat jalanan di depan yang harus diambil haluannya. Belok kanan satu kali. Belok kiri dua kali. Lurus. Berhenti di jarak dua rumah setelah kedai kopi. Berhenti di rumahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar