Anak-anak kecil itu sudah besar. Sudah dewasa. Tahu benar bagaimana membunuh kemunafikan. Dengan caranya sendiri-sendiri.
Memeluk lutut. Kedinginan. Sesekali membenturkan kepala ke dinding. Tapi tidak menyesali. Bagi mereka, tidak ada untung rugi.
Satu sel terdiri dari seratus dua puluh anak. Berumur dari dua belas tahun sampai kurang dari dua puluh tahun. Dan coba tanyalah alasan mereka tinggal disana..jawabannya pasti akan sederhana. Membunuh nyawa, karena lapar atau tidak sengaja.
Ceritanya, itu rutan hanya untuk orang dewasa mustinya, tapi entahlah..mengapa bocah juga ada disana..bersel di depan ruang penjara tahanan narkoba. Persis di depan pemabuk itu, ada harapan masa depan bocah-bocah.
Tidak apa-apa jika mabuk dibutuhkan orang dewasa, tapi tidak untuk mereka sang bocah. Karena, seharusnya..selayaknya dunia mereka sudah memabukkan. Penuh dengan kesenangan. Penuh dengan observasi indahnya dunia.
Tapi tahi dunia terbukti tercecer dimana-mana..dan tanpa sengaja, mereka memakannya. Memakan hingga kenyang. Seperti coklat yang lezat, dinikmati tanpa membayar.
Hilang sudah mimpi-mimpi tuan..kepingin jadi dokter juga pasti mereka..walaupun bapak di ujung ruangan menganjurkan mereka untuk menjadi pengacara saja. Biar sekalian mengaburkan. Mengaburkan harapan. Membunuh pertahanan yang tak punya bekingan.
Aku pada mereka. Rinduku tak terhingga. Pada yang pahitnya tak sampai ke kuping-kuping penguasa. Pada yang menikmati hari-hari tanpa menuntut sia-sia. Bagi bocah-bocah. Yang letaknya di neraka dunia.
Ps: in depth reporting di medaeng selama 2 bulan, membuat saya kehilangan nafsu makan.
Entri Populer
-
Sosok profil Batavia Air inflight Magazine kali ini bisa dibilang cukup eksentrik. Betapa tidak? Berkenalan dengan sosoknya berarti sekali...
-
Suatu ketika saat dunia ada tanpa kamu, aku bersumpah akan berhenti menangis dan bersedih. Aku akan berhenti mengeluh dan memacari lelaki. B...
-
SURABAYA - Setelah sekian lama berhenti, Pekan Sastra Jerman kembali digelar oleh Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Jerman, Fakultas ...
-
ditts Two groovy people laughing at the sun So full of life Too young to know times to strife Never counting the days Smiling to the ...
-
Bercanda seekor ulat di lebar daunnya Terpental-pental sambil tertawa Sesekali menggigiti pinggirnya Tersenyum menatap kawan di daun sebera...
-
Picking a job is just same like picking the chum that you are love to hang with. You have to call it 'darling', keep the desire on...
-
KJ 2010 "Bonne Journée!" ngga tau kenapa, sapaan ini marem sekali didengar sore hari tadi. Bonne Journée selain pengucapannya c...
-
Nisbi adalah sebuah senja muda dikali dua puluh dua dini Waktu semedi bagi yang tak patuh hati Nisbi adalah air seni yang urung mengucur be...
-
A daughter of tomorrow Tells the story of shocking reality Holds on the tiny fragile twig, swings it slowly Describes the zero hours...
-
Semua tersenyum, dari awal hari sampai selesainya. Sampai pesta selesai. Sampai di denting ke dua belas, mereka membawaku dalam gendongan. M...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar