Biarpun tinggi tinggi lelap sang bumi
Hentang hentang dataran padang
Tak habis memakan makna pun alas kiasan, anak perempuanku
Setelahnya
Walau sesumbar hambar lantang gemertak lelaki pemanggul rantang, pemetik kacang panjang, sepanjang mawas awas Berjalan tertunduk jua ia jika ditanya alpanya
Bersarang angkuh rengkuh merangkul benih
Setara jingga yang menantang perih
Jika tawa mengancam lelaku gegabah
Mencaci menyapa pagi dini
Menyampah di segar embun nan segala rangkuman tatakan
Segera kembali kau dan ia pada diri
Pada naluri hati
Pada sapaan yang paling malam
Pada yang bukan nisbi
Pada yang pasti terlukai
Sebelum senja
Atau setelahnya
Jiwa anak perempuanku mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar